Kamis, 08 Oktober 2015

Etika, Moral , dan Kode Etik Psikologi


Pengertian Etika


Etika sbg cabang filsafat juga disebut filsafat moral (moral philosophy). Secara etimologis, etika berasal dari kata Yunani=Ethos: watak.Sedangkan moral berasal dari kata Latin: Mos (tunggal), moris (jamak) artinya kebiasaan. Jadi etika atau moral dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai kesusilaan. Obyek material dari etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia. Perbuatan dimaksudkan di sini adalah yang dilakukan secara bebas dan sadar. Obyek formal dari etika adalah kebaikan dan keburukan atau bermoral dan tidak bermoral dari tingkah laku tersebut.

 Menurut Bertens : Etika berasal  dari bahasa Yunani kuno  ethos dlm bentuk tunggal, artinya adat kebiasaan, adat istiadat, akhlak yang baik

Dari asal usul kata : Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia                                

  • Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (Akhlak).
  • Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
  • Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat

Etika dibedakan menjadi 2

  • ETIKA PERANGAI

            Adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup bermasyarakat di daerah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula. berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku. Contoh: berbusana adat, pergaulan muda-mudi, perkawinan semenda, upacara adat.

  • ETIKA MORAL

            Berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila dilanggar timbul kejahatan, yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.Contoh: berkata dan berbuat jujur, menghargai hak orang lain, menghormati orang tua atau guru, membela kebenaran dan keadilan, menyantuni anak yatim-piatu.

Moral



Definisi moral , Moral = Ajaran tentang apa yang dilarang dan apa yang wajib dilakukan oleh manusia supaya bisa menjadi baik

Contoh Moral: aturan & hukum agama, hukum adat, wejangan tradisi leluhur, nasehat orang tua, ajaran ideologi, dll.

Sumber moral: tradisi, adat, agama, ideologi negara, dll.

Hubungan etika dan moral :
  • Etika dipakai untuk yang umum/ konseptual/ prinsipal.
  • Dan moral dipakai untuk yang lebih khusus/ spesifik/ praktis.
    Perbedaan  Etika dan Moral
    Etika: Bersifat kecakapan teoritis
    Moral: Bersifat perintah langsung


AMORAL DAN IMMORAL

  • Amoral
Awalan a berarti = tidak.
Amoral berarti tindakan yang tidak berhubungan dengan konteks moral atau tidak berhubungan dengan kebaikan atau kejahatan (tindakan yang netral atau non-moral).
Misalnya: berjalan.

  • Immoral
Immoral adalah tindakan yang bertentangan dengan moralitas atau tindakan yang melawan ajaran moral.
Perbedaan Amoral dan Immoral

Amoral:
  • “tidak berhubungan dengan konteks moral”
  • “di luar suasana etis
  • “non-moral”
Immoral :
  • “bertentangan dengan moralitas yang baik”
  • “secara moral buruk”
  • “tidak etis”

    FUNGSI ETIKA
  • Etika bukan ajaran moral juga bukan tambahan ajaran moral.
  • Etika tidak langsung membuat manusia menjadi baik. Itu tugas ajaran moral.
  • Etika adalah sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan berbagai moralitas
  • Orientasi kritis diperlukan karena kita dihadapkan dengan pluralisme moral.
  • Jika tidak memiliki orientasi kritis, maka kita akan bingung seperti cerita “Nasrudin yang mau menjual keledai”.

Tujuan Belajar Etika
  • Membuat mahasiswa menjadi lebih kritis
  • Kritis terhadap Masalah persoalan sekitarnya: Masyarakat,keluarga, kampus, agama, negara dll
  • Kritis terhadap berbagai Ideologi: konsumtif, keserbabolehan, hura-hura.
  • Kritis terhadap diri sendiri
Aliran Dalam Etika


  • Eudemonisme: (Yunani= eu+daimon= roh atau semangat yang baik). Pandangan aliran ini menekankan bahwa kebaikan tertinggi manusia terletak pada kebahagiaan atau situasi yang secara umum baik
  • Hedonisme (Yunani = hedone: kenikmatan atau yang menyenangkan). Kebaikan manusia menurut kaum hedonis terletak dalam kenikmatan dan kesenangan yang menjadi tujuan hidup manusia.
  • Egoisme: kesenangan dan kebaikan diri sendiri menjadi target usaha seseorang dan bukan kebaikan orang lain.
  • Utilitarianisme:  (Latin: uti, usus sum= menggunakan atau utilis= yang berguna). Ini merupakan bentuk hedonisme yang digeneralisir.
  • Deontologisme (Yunani: deon+logos= ilmu tentang kewajiban moral). Adalah etika kewajiban yang didasarkan pada intuisi manusia tentang prinsip-prinsip moral.
  • Etika situasi: kebenaran suatu tindakan ditemukan dalam situasi konkret individual atau bagaimana situasi itu mempengaruhi kesadaran individual.

Kode Etik Psikologi


Secara umum Kode Etik diartikan sebagai seperangkat peraturan yang menjadi pedoman dalam bertingkah laku.

Jadi, Kode Etik Psikologi adalah seperangkat nilai – nilai untuk diataati dan dijalankan sebaik-baiknya dalam melaksanakan kegiatan sebagai psikolog atau ilmuwan psikologi di Indonesia.

FUNGSI KODE ETIK :

Menjadi acuan utama dalam menjalankan tugas sebagai psikolog/ilmuwan psikologi di Indonesia.

Bahan pertimbangan yang diperlukan untuk mengambil keputusan dalam memberikan layanan psikologis.

Sebagai acuan untuk menyelasaikan konflik yang terjadi ketika melakukan tugas sebagai psikolog/ilmuwan psikologi



PENGHORMATAN PADA HARKAT & MARTABAT MANUSIA :

  1. Pelayanan psikologis mengacu pada HAM
  2. Menghormati privacy,kerahasiaan, hak orang lain/klien/user
  3. Menyadari keterbatasan diri yang dapat mempengaruhi otonomi dalam pengambilan keputusan
  4. Menyadari dan menghormati serta mempertimbangkan perbedaan aspek budaya dan demografi (usia,gender,suku bangsa, agama, dll)


INTEGRITAS DAN SIKAP ILMIAH :

  1. Pelaksanaan tugas didasari oleh kaidah ilmiah
  2. Menjaga kejujuran, akurasi, kebenaran dalam mengamalkan psikologi
  3. Tidak melakukan pencurian, kebohongan, pemalsuan, distorsi fakta
  4. Berusaha menepati janji berdasarkan fakta/data yang dipertimbangkan secara dalam dampaknya terhadap klien
  5. Bertanggung jawab terhadap hasil kerja dan konsekuensi yang timbul akibat kesalahan metode yang digunakan


     Profesional :
  1. Memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan tugasnya
  2. Menyadari tanggung jawab professional dan kaidah ilmiah
  3. Menjunjung tinggi kode etik dan tanggung jawab professional dalam mengelola konflik kepentingan dengan rekanan kerja
  4. Menjalin kerjasama dengan profesi lain untuk memberikan layanan terbaik bagi siapapun yang membutuhkan
  5. Memperhatikan etika dan profesionalisme dari profesi lain

     Keadilan :

  1. Memberikan layanan kepada siapapun yang membutuhkan tanpa perlakuan diskriminatif
  2. Dalam memberikan layanan psikologis tidak melakukan keberpihakan dan menyadari keterbatasan kompetensi/keahlian sehingga tidak merugikan user/klien/rekanan

     Manfaat :

  1. Dalam menjalankan tugas perlu memaksimalkan manfaat bagi pengguna jasa dan meminimalkan resiko/dampak buruk dari pelayanan yang diberikan
  2. Meminimalkan dampak buruk apabila terjadi konflik dengan pihak manapun karena keputusan yang dibuat oleh psikolog/ilmuwan psikolog berdampak bagi orang lain
  3. Waspada terhadap berbagai pengaruh sosial, ekonomi, politik, nepotisme, keterbatasan, kemampuan, yang mengarah pada penyalahgunaan profesi      

Role Play (Drama Singkat mengenai 12 Nilai Universal)

12 Nilai Universal - Toleransi



Pada pertemuan ke-4 mata kuliah filsafat, kami kelompok Hegel menampilkan sebuah role play dalam bentuk drama yang menggambarkan salah satu dari nilai universal yaitu nilai toleransi. Berikut ini adalah sebuah deskripsi singkat dari role play yang kami tampilkan:

Drama dimulai dengan sekelompok mahasiswa dan mahasiswi sedang mengobrol di kelas, kemudian datanglah dosen mereka, dan dosen tersebut memperkenalkan mahasiswa dan mahasiswi pindahan yang berasal dari luar pulau Jawa. Mahasiswa dan mahasiswi pindahan tersebut ternyata tidak disambut dengan ramah oleh para mahasiswa lain, mahasiswa yang berasal dari pulau Jawa ternyata tidak dapat menghargai kebudayaan dan logat yang ditunjukan oleh mahasiswa dan mahasiswi pindahan, karena merasa perilaku tersebut tidak tepat, maka dosen kelas pun menasehati mahasiswa dan mahasiswinya untuk dapat menghargai kebudayaan, logat, dan gaya hidup yang berbeda dengan mereka, dosen mengajarkan bahwa toleransi merupakan hal yang sangat penting dan perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, kemudian role play ditutup dengan mahasiswa yang berasal dari pulau Jawa meminta maaf kepada mahasiswa dan mahasiswi pindahan.

Role play yang kami mainkan sangat menunjukkan pentingnya nilai toleransi dalam kehidupan sehari - hari, baik berupa toleransi dalam hal budaya, agama, dll.


Berikut adalah naskah lengkap dari drama yang kelompok kami tampilkan:

Di suatu pagi yang cerah, suaratawa dan canda memenuhi ruangan kelas

Faisal (guru) : (masuk kedalam kelas bersama Kevin dan Feli) “Selamat pagi anak-anak. Maaf Bapak telat.Pagi ini kita kedatangan dua murid yang akan bergabung bersama kelas ini selama dua tahun kedepan. Sebelumnya, kalian berdua dipersilakan mengenalkan diri kalian terlebih dahulu”.

Kevin : “Hai semuanya. Perkenalkan nama saya Kevin, saya pindahan dari Bali. Salam kenal semuanya (berbicara dengan logat orang Bali)”.

Jasmine: “Idih apa banget dah. Aneh sumpah bahasanya”.

Maggy : “Eh Bali itu yang ada di sebelah Palembang bukan?”

Jasmine: “Kaga. Bali itu yang ada di sebelah Papua”.

Faisal (guru) : “Mohon tenang anak-anak. Sekarang giliran kamu untuk mengenalkan diri (menunjuk Feli)”.

Feli : “ Hai semuanya. Saya Feli. Asal saya dari Kalimantan.Salam kenal (berbicara dengan logat orang Kalimantan)”.

Jasmine : “Hah? Apa? Dia ngomong apa?”

Maggy : “Ga tau juga gw.Ngomong pake bahasa sansekerta kayaknya.Mana halus banget lagi suaranya kayak ngomong pake bahasa kalbu”.

Faisal (guru) :Baiklah. Felidan Kevin bolehmenempati kursi yang kosong.Mari anak-anak dibuka buku pelajarannya.Kita akan memulai pelajaran kita pada pagi ini”.
Ketika Feli ingin duduk di kursi sebelah Jasmine…

Jasmine : “EHHHH.. LO MAU NGAPAIN DISINI?”

Feli : “mau duduk”.

Jasmine : “Siapa emang yang nyuruh dan ngizinin lo duduk disini? PERGI SANA. CARI KURSI LAIN. NANTI GW ALERGI KALO DUDUK DEKET-DEKET LO. BISA KETULARAN BAHASA ALIEN GW”.

Shintya: “Udah Feli duduk disebelah gw aja..Sini sini”.

Gabriella : “ Iya.. Kevin juga bisa gabung duduk disebelah kita kok..Ini masih ada kursi yang kosong”.

Faisal (guru) : “Anak-anak… Walau Feli dan Kevin berasal dari kota yang berbeda, bahasa yang berbeda, kita harus bisa memberikan toleransi kepada mereka. Mereka akan bersama kalian selama beberapa tahun kedepan jadi Bapak harap, kalian belajar untuk bisa saling menerima dan menghargai. Untuk Kevin dan Feli, bapak berharap kalian juga bisa cepat beradaptasi dan belaja rmenggunakan bahasa Indonesia dengan benar. Tak bisa kita pungkiri, ketika kita berada di Indonesia, kita dituntut untuk memakai bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Kalian semua mengerti anak-anak?”

Anak-anak secara serempak menjawab : “Ngerti pak!!”




Logika dan Fallacia + Hasil Tugas Kelompok Hegel

Logika



Berasal dari Bahasa Yunani - Logikos/Logos : Sesuatu yang diungkapkan/diutarakan lewat bahasa.
Pertama kali digunakan oleh Zeno dari Citium (334-262 SM)

Logika menjadi keharusan bagi ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan tanpa logika tidak bisa mencapai kebenaran ilmiah.

"Logika benar-benar merupakan alat bagi seluruh ilmu pengetahuan" - Aristoteles (Bapak Logika)

Penalaran adalah kegiatan berpikir -- Kegiatan berpikir tidak mungkin berlangsung tanpa bahasa -- Bahasa menjadi alat bernalar -- Bahasa punya keterbatasan -- Tidak bisa menemukan bahasa yang tepat untuk mengungkapkan -- Keahlian tata bahasa bukan menjadi syarat agar bisa berlogika -- Tata Bahasa membahas syarat yang harus dipenuhi agar bisa berbahasa yang baik -- Logika membahas proses penalaran

  • Logika Kodrati: Bekerja Secara Spontan
  • Logika Ilmiah: Berusaha mempertajam akal budi manusai agar dapat bekerja lebih teliti/tepat, sehingga kesesatan dapat dihindari.
Materi Logika:
  • Pengertian
  • Hubungan
  • Menyimpulkan

Manfaat Belajar Logika :
  • Mampu berpikir kritis,rasional, metodis
  • Meningkatkan kemampuan nalar secara abstrak
  • Berdiri lebih tajam dan mandiri
  • Menambah kecerdasan berpikir, bisa menghindari kesesatan
Penalaran Induktif: Cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal/partikular.

Ciri-Ciri Penalaran Induktif:

  • Premis Penal Induktif: Proposisi empiris ditangkap oleh indra
  • Kesimpulan lebih luas dari pada yang dinyatakan dalam premis

Fallacia




Fallacia : Kesalahan pemikiran dalam logka, bukan kesalahan fakta, tapi kesalahan atas kesimpulan karena penalaran yang tidak sehat.

Kesalahan pada Penalaran:

  • Kesesatan Formal: Pelanggaran terhadap kaidah logika
  • Kesalahan Informal: Menyangkut kesesatan dalam bahasa
Amfiboli: Sesat karena struktur kalimat bercabang
Kesesatan Aksen/Prosodi: Sesat karena yang salah dalam pembicaraan
Kesesatan Bentuk Pembicaraan: Sesat karena orang menyimpulkan kesamaan konstruksi juga berlaku bagi yang lain
Kesesatan Aksiden: Yang aksidential dikacaukan dengan hal yang hakiki
Kesesatan karena Alasan yang Salah: Konklusi ditarik dari premis yang tidak relavan

Kesesatan Presumsi:


  • Generalisasi Tergesa-Gesa: (Orang padang pandai memasak)
  • Non Sequitur (Belum Tentu): Memang saya tidak lulus beberapa hari yang lalu karena saya berdebat dgn dosen)
  • Analogi Palsu: (Membuat istri bahagia seperti membuat hewan bahagia dengan membelai kepalanya dan memberi banyak makan)
  • Penalaran Melingkar (Petitio Principli): (Manusia merdeka karena ia bertanggung jawab dan ia bertanggung jawab karena ia merdeka)
  • Deduksi Cacat: (Barang siapa sering memberi sumbangan, maka ia pasti baik, anda apsti orang baik)
  • Pikiran Simplistis: (Karena ia tidak beragama, maka ia pasti tidak bermoral)

Menghindari Persoalan:



  • Argumentum ad Hominem : Kerancuan ini terjadi, jika sebuah argumen diarahkan pada pribadi orangnya dalam kaitan dengan situasi (keadaan) orang itu sendiri.(Jangan percaya omongannya, karena ia bekas narapidana)(Tentu saja ia tidak akan setuju jika izin baru untuk membuka sebuah nite club diberikan, karena ia seorang pendeta (ulama)
  • Argumentum ad Populum : kerancuan ini terjadi jika orang berupaya untuk mengemukakan dan memenangkan dukungan untuk suatu pendapat (pendirian) dengan jalan menggugah perasaan atau emosi (Anda lihat banyak ketidakadilan & korupsi, maka Partai Nasdem adalah partai masa depan kita)
  • Argumentum ad Misericordiom : Kerancuan ini terjadi, jika rasa kasihan digugah untuk mendorog diterimanya atau disetujuinya suatu kesimpulan.(Seorang terdakwa meminta keringanan hukuman karena mengaku punya banyak tanggungan)
  • Argumentum ad Baculum :  kerancuan ini terjadi jika orang dengan mendasarkan diri pada kekuatan atau ancaman penggunaan kekuatan memaksakan agar  kesimpulan diterima atau di setujui.(Karena beda pendapat, suka meneror orang lain)
  • Argumentum ad Auctoritatem : kerancuan ini terjadi jika usaha untuk memperoleh pembenaran atau dukungan atas suatu kesimpulan/pendapat dilakukan dengan jalan mendasarkan diri pada kewibawaan orang terkenal.(Mengutip pendapat Freud mengenai psikoanalisa)
  • Argumentum ad Ignoranitam : kerancuan ini terjadi jika sesuatu hal dinyatakan benar semata-mata karena belum dibuktikan bahwa hal itu salah, atau sebaliknya  ( Bila tidak bisa dibuktikan bahwa Tuhan itu ada, maka Tuhan tidak ada)
  • Argumen untuk Keuntungan Seseorang : (Seorang pengusaha berjanji mau membiayai kuliah, bila mahasiswi mau dijadikan istri)
  • Non Causa Pro Causa : Kerancuan ini terjadi jika sesuatu yang bukan sebab dinyatakan sebagai sebab dari suatu hal.(Orang sakit perut setelah mengahapus pesan berantai, maka dia menganggap itu sebagai penyebabnya)

 Kesesatan Retoris:



  • Eufisme/Disfemisme : (Pemberontak yang duanggap benar disebut reformator. Bila tidak disenangi maka disebut anggota pemberontak)
  • Penjelasan Retorik  : (Dia tidak lulus karena tidak teliti mengerjakan soal)
  • Stereotipe : (Orang Jawa penyabar. Orang Batak suka menyanyi)
  • Innuendo : (Saya tidak mengatakan makanan tidak enak, tap mau emngatakan lukisan itu bagus)
  • Loading Question : (Apakah anda masih tetap merokok?)
  • Weaseler : (3 dari 4 menyarankan bahwa minum itu memperlancar pencernaan)
  • Downplay : (Jangan anggap serius omongannya, karena ia hanya buruh bangunan)
  • Lelucon/Sindiran : (Hidungnya mancung bagai pipa panjang)
  • Hiperbola : Membesar-besarkan/berlebihan
  • Pengandaian Bukti : Studi menunjukan
  • Dilema Semu : (Tamu yang menolak kopi, langsung disuguhi teh)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 Berikut ini adalah hasil kerja kelompok Hegel dalam tugas menemukan logika dan falasi yang terdapat di internet dan media:






Aksiologi

A.          Pengertian Aksiologi


Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika dan estetika


Beberapa Pandangan Tentang Nilai
  • Nilai Psikis: Pengalaman nilai diperoleh melalui sebuah pengalaman.
  • Nilai Hakikat: Inti dari sesuatu, nilai dianggap sebagai objek ideal.
  • Nilai Melekat pada Benda/Sesuatu (Caries of Value)
    Kualitas Nilai
  • Nilai Objektif: Melekat pada benda nilai yang teramati
  • Nilai Intersubjektif: Subjek berpotongan dengan subjek lain dalam hal pengamatan.
    Hierarki Nilai

  • Nilai Kesenangan (perasaan inderawi)
  • Nilai Vitalitas (kehidupan-perasaan halus, kasar, luhur)
  • Nilai Spiritual (tidak terikat dengan problem inderawi)
  • Nilai Kesucian & Keprofanan

    Indikasi Sesuatu Bernilai
  • Kita melakukannya dengan giat atau senang bahkan berani mengorbankan sesuatu
  • Apresiasi bagi orang yang melakukan
  • Dilakukan secara kontinu

Pembagian Teori Nilai

Dalam pembagiannya, nilai serta penilaian memiliki dua bidang paling populer yang bersangkutan dengan tingkah laku dan keadaan atau tampilan fisik. Dua bidang paling populer ini, menurut Langeveld sebagaimana dikutip Wiramihardja dalam bukunya Pengantar Filsafat, masuk ke dalam tiga hal utama pada sistematika filsafat . Dua bidang paling popular yang dimaksud adalah :


1) Etika 




Yaitu mempersoalkan penilaian atas perbuatan manusia dari sudut baik dan jahat. Etika merupakan cabang aksiologi yang pada pokoknya membicarakan masalah predikat-predikat nilai ‘betul’ (right) dan ‘salah’ (wrong) dalam arti ‘susila’ (moral) dan ‘tidak susila’ (immoral). Sebagai pokok bahasan yang khusus, etika membicarakan sifat-sifat yang menyebabkan orang dapat disebut susila atau bajik. Kualitas-kualitas dan atribut-atribut ini dinamakan ‘kebajikan-kebajikan’ (virtues), yang dilawankan dengan ‘kejahatan-kejahatan’ (vices), yang berarti sifat-sifat yang menunjukkan bahwa orang yang mempunyainya dikatakan sebagai orang yang tidak susila. 

2) Estetika



Yaitu mempersoalkan penilaian atas sesuatu dari sudut indah dan jelek. Secara umum, estetika disebut sebagai kajian filsafati mengenai apa yang membuat rasa senang. Tokoh yang paling terkenal dalam bidang ini adalah Alexander Baumgarten (1714-1762).

Pendekatan-pendekatan Dalam Aksiologi

Pertanyaan mengenai hakekat nilai dapat dijawab dengan tiga macam pendekatan, yaitu ketika orang tersebut dapat mengatakan bahwa: 
  1. Nilai sepenuhnya berhakekat subjektif. Ditinjau dari sudut pandang ini, nilai-nilai merupakan reaksi-reaksi yang diberikan oleh manusia sebagai pelaku dan keberadaannya tergantung pada pengalaman-pengalaman mereka. Yang demikian ini dapat dinamakan ‘subjektivitas’. 
  2.  Atau dapat pula orang mengatakan bahwa nilai-nilai ini merupakan kenyataan-kenyataan ditinjau dari segi ontologi , namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut merupakan esensi-esensi logis dan dapat diketahui melalui akal. Pendirian ini dinamakan ‘objektivisme logis’. 
  3. Akhirnya orang dapat mengatakan bahwa nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan. Yang demikian ini disebut ‘objektivisme metafisik’.