Rabu, 07 Oktober 2015

Pemikiran Hegel dan Alasan Kami Memilih Hegel sebagai Nama Kelompok


A. Siapa itu Hegel?




Georg Wilhelm Friedrich Hegel atau yang biasa kita kenal sebagai Hegel adalah seorang filsuf kelahiran Jerman yang lahir pada akhir masa pencerahan (age of enlighment), tepatnya pada 27 Agustus tahun 1770 di Duchy, Wurttemberg, Barat Daya Jerman. Hegel merupakan salah satu filsuf yang sangat terkenal hingga masa ini karena pemikiran-pemikirannya yang cemerlang dan mampu memberikan sumbangan besar bagi perkembangan ilmu filsafat.

B. Pemikiran Hegel yang Terkenal



Tema fisafat Hegel adalah Ide Mutlak. Oleh karena itu, semua pemikirannya tidak terlepas dari ide mutlak, baik berkenaan dari sistemnya, proses dialektiknya, maupun titik awal dan titik akhir kefilsafatannya. Oleh karena itu pulalah filsafatnya disebut filsafat idealis, suatu filsafat yang menetapkan wujud yang pertama adalah ide (jiwa). 

  • Rasionalisme Hegel
Hegel sangat mementingkan rasio, sehingga logika menduduki tempat paling tinggi dalam filsafat Hegel. Tetapi, logika yang dimaksud Hegel berlainan dengan logika tradisional yang basis dasarnya adalah “hukum Kontradiksi” (law of contradiction) : A adalah non-A. Karena Hegel menerima prinsip idealistis bahwa realitas seluruhnya harus di setarafkan dengan suatu subjek. Suatu dalil Hegel yang terkenal berbunyi: “semua yang nyata bersifat rasional, dan semua yang rasional bersifat nyatal”.

Maksudnya ialah bahwa luasnya rasio sama dengan luasnya realitas. Realitas seluruhnya adalah proses pemikiran (Idea) yang memikirkan dirinya sendiri. Realitas seluruhnya adalah ruh yang lambat laun menjadi sadar akan dirinya.Sehingga yang khas dari logika Hegel adalah disadarkan atas keyakinan adanya suatu sintesis yang dicapai melalui metode dialetika: tesis, antitesis.

  • Metode Dialetika Hegel
   Hegel sangat mengagumi ucapan filsuf Yunani Herakleitos bahwa “pertentangan adalah bapa segala sesuatu”.Dengan metode dialetika ini, Hegel mensintesiskan antara filsafat idealisme subyektif (Fichte) dengan filsafat idealisme obyektif (Schelling) menjadi filsafat idealisme mutlak.
      
      Proses dialektika selalu terdiri atas tiga fase. Fase pertama (tesis) dihadapi antitesis (fase kedua), dan akhirnya timbul fase ketiga (sintesis). Dalam sintesis itu, tesis dan antitesis menghilang. Dapat juga tidak menghilang, dia masih ada, tetapi sudah diangkat pada tingkat yang lebih tinggi. Proses ini berlangsung terus. Sintesis segera menjadi tesis baru, dihadapi oleh antitesis baru, dan menghasilkan sintesis baru lagi, dan seterusnya. 

      Contoh Tesis, Antitesis, dan Sintesis:

     1. keluarga terdiri dari suami, isteri dan anak. Bagi suami sang isteri adalah yang lain dan bagi isteri sang suami adalah yang lain. Suami dan isteri merupakan dua kutub yang bertentangan  (tesis dan antitesis). Nah, lalu muncullah sang anak, dan anak inilah sintesisnya yang yang memperdamaikan suami dan isteri (tesis dan sintesis) tadi.
      
    2. Tesis : Negara diktator. Di Negara ini hidup kemasyarakatan diatur dengan baik, tetapi para warganya tidak mempunyai kebebasan apapun juga. 

Antitesis : Negara anarki. Dalam Negara anarki para warganya mempunyai kebebasan tanpa batas, tetapi hidup kemasyarakatan menjadi kacau. 

Sintesis : Negara konstitusional. Sintesis ini mendamaikan antara pemerintahan diktator dengan anarki menjadi demokrasi.

C. Alasan kami memilih Hegel sebagai nama kelompok



Alasan kelompok kami memilih Hegel sebagai nama kelompok kami adalah karena kelompok kami sangat mengagumi pemikiran Hegel yang sangat brilian dan dalam namun tetap dapat dipahami dengan mudah sehingga kami yang baru saja mengenal dunia filsafat dapat mengerti konsep dialektika Hegel tanpa hambatan yang berarti. Dialektika Hegel merupakan salah satu hal yang menumbuhkan kecintaan kelompok kami terhadap dunia filsafat.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar